Buah Durian |
Waktu masih kecil dulu, ketika sedang liburan ke rumah nenek dan apabila bertepatan dengan musim durian, hal yang hampir pasti kami (Aku, Mbak Mila, Mamas dan Si Bungsu) lakukan adalah 'ngerepak durin' atau menunggu buah durian jatuh dari pohonnya di sekitar halaman belakang rumah nenek. Hmm, kalau sudah berada pada situasi yang demikian, hal yang biasa kami lakukan adalah berlomba mengumpulkan buah durian yang 'repak' atau jatuh dari pohonnya, lalu nantinya buah durian hasil dari perlombaan tersebut kami nikmati secara bersama-sama. Aah, betapa indah dan menarik sekali bukan masa kecilku, hehehehe.
Nah, suatu ketika kami sedang menunggu durian jatuh di halaman belakang rumah nenek, terdengar bunyi "duuupp" yang artinya ada buah durian yang jatuh di sekitar kami. Tanpa aba-aba langsung saja kami berlari ke arah sumber bunyi tersebut. Dan, Horreeeee, kali ini aku yang berhasil mendapatkan buah durian yang baru saja jatuh tersebut, hihihihi.
Eeh, tapi ada yang aneh dan kurang rasanya kali ini. Kenapa hanya Aku dan Si Bungsu yang bergegas mencari buah durian yang tadi aku dapatkan? Sementara Mbak Mila dan Mamasku hanya duduk santai dan tidak beranjak dari duduknya. Ada yang aneh dan disembunyikan oleh Mbak Mila dan Mamasku ini pasti, huft.
Setelah Aku dan Si Bungsu kembali ke pondok di mana tempat kami menunggu, Mamasku kemudian berkata, "Lho, Rika yang dapat durennya?" Aku pun menjawab, "Iya dong, hehehehe." Kemudian Mbak Mila berujar, "Yeah, selamat anda mendapat durin junging, hohohoho." Aku dan Si Bungsu pun saling bertatapan lalu bertanya ke Mbak Mila, "Durin junging?" Sesaat kemudian Mbak Mila dan Mamasku tertawa serentak, yang akhirnya Aku dan Si Bungsu pun ikut tertawa juga walaupun bukan karena lucu tetapi lebih ke penasaran tentang 'durin junging' yang tadi disebut oleh Mbak Mila.
Yup, karena hari sudah mulai gelap, padahal jam masih menunjukkan sekitar pukul 17.30, mungkin karena masih banyak pohon-pohon besar sehingga sudah terlihat gelap, sesi ngerepak durin kali ini kami nyatakan selesai. Dari selepas waktu Ashar atau sekitar pukul 15.30 sampai dengan pukul 17.30 (sekitar dua jam), buah durian yang kami dapatkan hanya dua buah, huhuhuhu. Satu buah aku yang dapat dan satunya lagi didapat oleh Mbak Mila. (Ssttt! Mbak Mila walaupun wanita sangat gesit dan lihai lho kalau pasal ngerepak durin, hohohoho).
Hmm, masih penasaran dengan 'durin junging' atau 'durian tonggos'? Aku pun dulu begitu, sampai akhirnya rasa penasaran dan keingintahuanku dijawab dan dijelaskan oleh Mbak Mila, Mamas dan Si Mbok (Ibuku), hehehehe.
Ketika durin junging yang aku dapatkan saat ngerepak durin sore tadi dibuka, mulai deh Mbak Mila menunjukkan dan menjelaskan tentang apa itu durin junging. Mbak Mila pun berkata, "Lihat dan perhatikan deh, Ka, ada yang lain dan menarik ndak dengan durennya?" Aku pun berpikir sejenak lalu mengernyitkan dahi tanda tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh Mbak Mila.
Kemudian Mamasku ikut menerangkan, "Coba deh lihat lagi, ada beberapa bagian yang biji duren tersebut tidak tertutup sempurna oleh daging buahnya. Nah, karena itulah disebut dengan durin junging." Sebagai informasi, 'junging' adalah bahasa daerah Belitung yang jika dalam bahasa Indonesia adalah 'tonggos' atau 'jongong'. Atau dalam bahasa Melayu Malaysia disebut 'jongang'.
Hmm, kalau mendengar kata-kata tersebut pasti pikiran kita langsung merujuk ke gigi. Yup, betul sekali. Mbak Mila kembali menjelaskan kalau istilah tersebut memang berhubungan dengan gigi, di mana kondisi biji durian yang tidak terselimuti atau tidak tertutup sempurna oleh daging buah sehingga permukaan biji dapat dilihat tanpa menyingkirkan daging buahnya. Analogi sederhananya sama dengan kondisi dengan orang yang memiliki (maaf) gigi tonggos. Aah, ada-ada saja yah istilahnya, hehehehe.
permukaan biji ada yang tidak terbungkus daging buah |
Lihat deh gambar di atas sebagai penjelasan dan gambaran tentang durin junging. Hmm, menurut Si Mbok, dari sembilan batang pohon durian yang ada di halaman belakang rumah nenek ada dua batang pohon yang menghasilkan durin junging, dan Si Mbok paling malas mengambil durian tersebut untuk dinikmati, alasan beliau kurang puas dan kurang sip karena daging buahnya sedikit sementara bijinya besar.
biji berukuran besar |
Dan ternyata inilah yang menyebabkan Mbak Mila dan Mamas tak bergeming sedikit pun dari duduknya ketika sore tadi, berbeda dengan Aku dan Si Bungsu yang langsung bergegas ke arah jatuhnya durian tersebut, huhuhuhu. Cerita punya cerita, Mbak Mila dan Mamas pun belajar dan mendapat pengalaman dari Si Mbok tentang durin junging ini, di mana ketika liburan sebelumnya ketika mereka bertiga berlibur ke rumah nenek, sementara Aku dan Si Bungsu tidak ikut ketika itu.
Hmm, jadi Si Mbok, Mbak Mila dan Mamasku sudah tahu dan paham, apabila ada buah durian yang jatuh di sekitar batang pohon yang menghasilkan durin junging, maka durian tersebut tidak akan mereka ambil, kecuali apabila sudah teramat sangat atau ngidam makan buah durian, hehehehe. Huh, sombong bukan main sekali mereka. Kuakuakuak.
Sementara kalau soal rasa sih aku kira tidak ada yang salah dengan durin junging ini, tetapi memang iya sih ada rasa kurang puas saat menikmatinya karena daging buahnya yang sedikit, jadi harus menikmatinya beberapa buah baru terasa puas, hohohoho.
Lantas bagaimana durian yang didapat oleh Mbak Mila? Hmm, secara ukuran hampir sama dengan durian yang aku dapatkan, akan tetapi isinya bisa dikatakan lebih baik dan lebih menarik, huhuhuhu. Memang te-o-pe be-ge-te alias top banget deh Mbak Mila kalau pasal buah durian, hehehehe. Dari warna daging buah dan aroma saja sudah terlihat dan tercium jelas bahwa rasanya pasti maknyus dan hyummy.
durian yang didapat Mbak Mila |
hyummy |
Eeh, tetapi menurut Si Mbok durian yang didapat oleh Mbak Mila masih tergolong biasa saja lho. Menurutnya ada dua jenis durian yang selalu menjadi incaran Si Mbok di halaman belakang rumah nenek, yaitu durian jantung dan durian tembaga. Kalau dapat salah satu dari durian jantung atau durian tembaga, walaupun hanya satu buah tetapi akan sangat puas jika menikmatinya. Karena selain aroma dan rasanya yang khas, durian jenis tersebut memiliki daging buah yang tebal serta bijinya yang kecil dan kempis.
Akan tetapi untuk bisa menikmati durian jenis ini kita harus bersabar karena menurut Si Mbok batang pohon durian jenis tersebut hanya menghasilkan buah yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan durian jenis lainnya yang tumbuh di halaman belakang rumah nenek di setiap musimnya. Sementara kalau soal rasa, jangan ditanya deh ujar Si Mbok sambil tersenyum. ^,^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar