27 September 2016

Martabak Telor 28, Pasar Beringharjo

Martabak Telor 28
Martabak Telor 28

Malam kedua di Yogyakarta, aku dan mamasku kembali menyusuri sepanjang Jalan Malioboro dan Jalan Ahmad Yani yang terbentang dari seberang Stasiun Tugu sampai Pasar Beringharjo, tujuan kami kali ini sih hanya iseng-iseng, siapa tahu di sepanjang jalan kami menemukan benda atau pernak-pernik unik dan menarik, hehehehe.

Jalan-jalan malam kali ini kami bagi menjadi 2 etape, yakni etape pertama adalah Jalan Malioboro dan Jalan Ahmad Yani yang diakhiri di Pasar Beringharjo dan etape kedua adalah sebaliknya. Pada etape pertama kami mengambil ruas jalan sebelah kanan, berbaur di antara pengunjung sembari sesekali melihat-lihat barang dagangan yang didominasi souvenir khas Jogja, seperti baju batik, baju kaos dengan gambar dan tulisan khas Jogja, tas, sandal, aksesoris, dan souvenir lainnya.

suasana Malioboro di malam hari
suasana Malioboro di malam hari

Tak terasa berjalan di keramaian sambil melihat-lihat barang dagangan, akhirnya kami pun tiba di seberang Pasar Beringharjo, langsung saja kami menyeberang ke arah Pasar Beringharjo. Kami pun beristirahat sejenak di sekitar depan Pasar Beringharjo, di sini banyak berjejer kedai jajanan. Hmm, kami pun tertarik dengan jajanan berupa 'martabak telor' yang dijajakan di situ.

Alasan kami memilih martabak telor karena selama dua hari ini kami selalu disuguhi makanan yang berasa manis, baik itu berupa gudeg, nasi kucing dengan sambal tempe, tempe bacem, tahu bacem dan juga aneka kue yang berasa manis. Bukannya kami tidak suka dengan makanan manis, tetapi lebih dikarenakan karena lidah kami yang sudah bermutasi ke lidah Sumatera yang sehari-hari terbiasa dengan rasa pedas, walaupun secara keturunan kami adalah keturunan Jawa, hehehehe.

Kami pun mendekati kedai tersebut yang bernama Martabak Telor 28, selain menjual martabak telor kedai ini juga menjual 'terang bulan' yang kalau di Lampung lebih dikenal dengan nama 'martabak manis'. Sementara untuk menu martabak telor ada 4 pilihan tipe, yaitu tipe biasa, istimewa, spesial dan super. Hmm, kami pun memesan 'martabak telor tipe super' dengan harga Rp.37.000,-. (untuk daftar menu dan harga silahkan lihat gambar di bawah).

daftar menu dan harga
daftar menu dan harga

Karena kedai tidak begitu ramai aku pun bisa dengan leluasa mendekat ke pembuatnya untuk sekedar melihat proses pembuatannya. Kedai ini diawaki oleh 3 orang, di mana 2 orang pria dan 1 orang wanita. Pria pertama bertugas membuat adonan martabak, pria kedua bertugas di bagian kompor atau bagian memasak, dan si wanita bertugas memotong dan membungkus martabak.

proses pembuatan martabak telor (1)
proses pembuatan martabak telor (1)

Dengan melihat dari dekat ternyata aku tahu perbedaan dari masing-masing tipe martabak yang ditawarkan. Untuk martabak tipe super yang kami pesan ternyata isi daging sapinya lebih banyak dan untuk lapisan kulitnya berjumlah 3 lapisan, sehingga proses masaknya pun juga sebanyak 3 kali.

proses pembuatan martabak telor (2)
proses pembuatan martabak telor (2)

Setelah sekitar 10 menit, martabak pesanan kami pun siap. Ternyata martabak telor di sini dinikmati hanya dengan cabe rawit besar, jadi seperti makan gorengan kalau di Lampung, berbeda dengan martabak telor di Lampung yang disajikan dengan cuka (kuah mpek-mpek) dan acar. Hmm, tapi rasanya lumayan renyah dan enak juga walaupun dinikmati tanpa cuka dan acar, serta yang lebih utama bisa kembali menetralkan lidah kami dari rasa manis khas masakan Jogja, hehehehe.

Tertarik? Kalau kebetulan sedang berada di Yogyakarta, silahkan mampir di sekitar Pasar Beringharjo, kedai dibuka mulai pukul 16.00 waktu setempat sampai dengan malam hari (menurut informasi penjualnya sih tutup sampai dagangannya habis). ^,^

Artikel terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar