21 September 2016

Jalan Alternatif: Gedong Tataan - Branti (Bandara Raden Inten II) via Negeri Katon

Jalan Alternatif: Gedong Tataan - Branti
Jalan Alternatif: Gedong Tataan - Branti

Hmm, tulisan kali ini (masih) bercerita tentang travelling eksplorasi di sekitar wilayah Provinsi Lampung. Eksplorasi yang akan aku ceritakan adalah tentang jalan alternatif yang menghubungkan antara Gedong Tataan (Ibu Kota Kabupaten Pesawaran) dengan Branti atau lebih tepatnya daerah di sekitar Bandara Raden Inten II yang berada di Kabupaten Lampung Selatan.

Jika dari Gedong Tataan, jalan alternatif ini dimulai dari persimpangan di dekat gapura Gedong Tataan dan SPBU PT. Pertamina. Karena pada perjalanan kali aku dari daerah Pringsewu, persimpangan jalan terletak setelah SPBU PT. Pertamina dan sebelum gapura Gedong Tataan. Tepat di depan SPBU berdiri papan petunjuk arah, pada papan petunjuk tersebut tertulis bahwa arah Negeri Katon dan Bandara Raden Inten II adalah ke arah kiri atau belok kiri.

petunjuk arah di seberang SPBU
petunjuk arah di seberang SPBU

Nah, ini dia persimpangannya, silahkan belok ke arah kiri.

persimpangan ke arah jalan alternatif
persimpangan ke arah jalan alternatif

Seperti biasa, ketika melakukan perjalanan eksplorasi atau perjalanan yang bertujuan untuk mengukur jarak tempuh, tak lupa aku catat odometer di tempat yang aku tetapkan sebagai titik awal. Titik awal pada perjalanan ini adalah di persimpangan jalan tadi. Angka odometer menunjukkan 19066,5.

odometer di titik awal (Gedong Tataan)
odometer di titik awal (Gedong Tataan)

Di awal perjalanan kita bisa memacu kendaraan dengan kecepatan sedang-tinggi, kondisi aspal jalan mulus rata dan bisa dilintasi oleh dua mobil. Kita akan disuguhi pemandangan berupa persawahan dan pemukiman warga setempat.

kondisi jalan dan pemandangan di sekitar titik awal
kondisi jalan dan pemandangan di sekitar titik awal

Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 menit, kita akan masuk ke daerah Negeri Katon yang ditandai dengan Tugu Selamat Datang Di Kecamatan Negeri Katon. Sampai di sini kondisi jalan masih mulus rata dengan pemandangan persawahan.

tugu Negeri Katon
tugu Negeri Katon
sawah (1)
sawah (1)
sawah (2)
sawah (2)

Setelah melewati area persawahan dan pemukiman warga, kemudian kita akan memasuki wilayah perkebunan karet. Kalau pernah melintasi perkebunan karet Trikora di Karang Anyar yang saat ini menjadi tempat kekinian anak muda untuk berfoto-foto, menurutku di perkebunan karet Negeri Katon ini juga bisa dijadikan alternatif tempat kekinian untuk berfoto-foto walaupun perkebunan karetnya masih muda atau belum terlalu rindang dan juga tidak sepanjang perkebunan karet di Trikora, Karang Anyar.

kebun karet
kebun karet

Di ujung perkebunan karet, tingkat kesabaran dan kewaspadaan pengendara pun diuji, hehehehe. Sampai di sini kondisi jalan mulai tidak bersahabat, mulai dari berlubang, aspal tergerus sebagian dan juga ada yang lapisan aspalnya tidak kelihatan. Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan karena selain jalan rusak di sekitar daerah ini juga relatif sangat sepi. Aku pun ketika melewati jalan bagian ini hanya berpapasan dengan beberapa sepeda motor dan truk pengangkut batu dan hasil bumi. Hmm, jika anda mengendarai mobil dengan ground clearance rendah seperti sedan harus lebih berhati-hati dan pintar memilih jalan supaya mobil tidak sangkut.

kondisi jalan yang agak rusak
kondisi jalan yang agak rusak

Lepas dari perkebunan karet, kita akan melewati sedikit persawahan, lalu memasuki perkebunan kelapa sawit. Nah, menurutku di kawasan inilah kondisi jalan yang paling parah.

kebun kelapa sawit
kebun kelapa sawit

Setelah uji keterampilan dan kewaspadaan berkendara ketika melintasi perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit, akhirnya kita melihat kembali pemukiman warga. Walaupun jalan masih agak rusak, tetapi rasa was-was mereda karena situasi sekitar mulai ramai lagi, hehehehe. Di sini juga aku menjumpai kedai Alfamart dan Indomaret yang menandakan aku sedang berada di perkampungan yang (menurutku bisa dikatakan) agak ramai.

Situasi jalan pun sudah mulai ramai dengan kendaraan, sama seperti situasi saat di awal-awal perjalanan tadi, hanya bedanya kondisi jalan di sini tidak sebaik kondisi jalan di awal perjalanan. Dan aku pun melihat penampakan sutet yang artinya posisiku saat ini tidak jauh dari jalan lintas Sumatera, hehehehe. Sebagai informasi, aku menggunakan patokan sutet sebagai indikator yang menandakan lokasi dekat dengan jalan lintas Sumatera.

penampakan sutet artinya sudah dekat dengan jalan lintas Sumatera
penampakan sutet artinya sudah dekat dengan jalan lintas Sumatera

Ahaa, betul perhitunganku, tak berapa lama dari melintasi sutet dan melintasi rel kereta api, akhirnya aku pun sampai di ujung jalan alternatif ini, dan jalan alternatif ini bermuara di jalan lintas Sumatera, di tempat mangkal Angkutan Perbatasan (mobil berwarna cokelat) yang melayani jurusan Tegineneng - Terminal Rajabasa. Oh iya, di seberang jalan ini juga sudah termasuk area Bandara Raden Inten II atau oleh warga setempat sering disebut dengan Branti.

titik akhir, tak jauh dari bandara Raden Inten II, Branti
titik akhir, tak jauh dari bandara Raden Inten II, Branti

Karena sudah sampai di titik akhir perjalanan, kembali lihat angka yang tertera di odometer, dan angka di odometer menunjukkan 19092,5 yang artinya jarak tempuh yang dilintasi adalah sejauh 26 kilometer. Oh iya, perjalanan ini aku jalani dengan waktu tempuh sekitar 60 menit dengan sepeda motor jenis matic Yamaha Mio J.

odometer di titik akhir (Branti)
odometer di titik akhir (Branti)

Sampai di sini, jika ingin meneruskan perjalanan ke arah Bandar Jaya, Kotabumi atau Metro silahkan belok ke arah kiri atau jika ingin meneruskan perjalanan ke Bandara Raden Inten II, Natar atau Bandar Lampung silahkan belok ke arah kanan. ^,^

Catatan:
  • Berdasarkan jarak (apabila dari Gedong Tataan, Gading Rejo atau Pringsewu dengan tujuan Bandara Raden Inten II atau Metro) yang panjangnya 26 kilometer, jalan alternatif ini bisa dijadikan pilihan karena jaraknya lebih dekat dibandingkan melalui jalan utama. Namun secara kondisi dan situasi jalan yang (menurutku) bisa dikategorikan 50% dalam keadaan rusak, lebih baik hindari jalan alternatif ini, karena secara waktu sangat tidak efisien, kalau dihitung-hitung malah lebih cepat jika melalui jalan utama.
  • Jika terpaksa harus melintasi jalan alternatif ini sebaiknya lakukan di siang hari, karena melintasi perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit yang bisa dikatakan tidak ada penerangan jalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar