28 Mei 2017

Pengalaman Berhadapan Dengan Ular

Ular Tedung Hitam
Ular Tedung Hitam

Siang hari di asrama, ketika aku sedang asyik merapihkan kamar di lantai atas, tiba-tiba Iroh, salah satu sahabatku yang juga tinggal di asrama menghampiriku dengan raut muka agak cemas dan takut. Kemudian spontan aku bertanya, "Ada apa, Roh?" Iroh dengan mimik wajah cemas menjawab, "Ada ular, Mbak." Aku pun kaget dan kembali bertanya, "Hah? Di mana, Roh?" Di jawab lagi oleh Iroh, "Tadi melintas di depanku, Mbak, ketika aku sedang nonton tv, terus ularnya bergerak ke arah sumur."

Hmm, agak heran juga sih kenapa bisa ada ular masuk ke dalam asrama, suatu hal yang sangat jarang terjadi. Oke deh, ayo kita bergegas ke lantai bawah (lantai dasar) untuk melihat ularnya.

Sesampainya di lantai bawah, benar yang dikatakan Iroh, seekor ular hitam sedang bergerak menuju ke arah sumur. Hmm, kalau tidak salah ular yang masuk ke dalam asrama ini adalah ular tedung hitam, berukuran sekitar 60-70 cm. Sepengetahuanku, ular jenis ini adalah ular berbisa dan lumayan agresif ketika bertemu dengan makhluk lain. Jadi harus waspada dan hati-hati menghadapinya.

Aku dan Iroh pun bingung akan berbuat apa, sementara di asrama hanya ada kami berdua saja. Hmm, kemudian Iroh bergegas menuju ke dapur dan mengambil garam, lalu dihamburkannya garam tersebut ke arah ular. Dan apa yang terjadi? Si ular tersebut pun berhenti sejenak, lalu menatap ke arah kami dan kemudian mendesis, kemudian kembali bergerak menuju ke arah sumur. Nah, dari sini aku tahu kalau ternyata ular tidak takut dengan yang namanya garam, huhuhuhu.

Sejenak aku berpikir, mungkin ular ini sedang mencari jalan keluar dari asrama dan kebingungan, terlebih setelah bertemu Aku dan Iroh. Oh iya, di sekitar sumur ada lubang pembuangan air, sebaiknya ular tersebut aku akan coba giring menuju lubang tersebut.

Dengan alat bantu berupa kayu bekas sapu dan dari jarak yang agak jauh, ular pun secara perlahan kugiring menuju ke lubang tersebut. Hatiku agak lega karena ular tersebut bergerak ke arah lubang pembuangan air tersebut, sesuai yang kuinginkan, hehehehe. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Sekilas ular tersebut memang seperti akan masuk ke dalam lubang tersebut, akan tetapi tidak jadi masuk ke lubang pembuangan tersebut, huhuhuhu. Dan sekarang ular menuju ke arah gudang yang terletak di dekat sumur.

Waduh, kalau ular sampai masuk ke gudang malah jadi ribet urusannya. Memang secara posisi si ular tersebut menjadi tersudut, namun kondisi gudang yang banyak tumpukan barang tak terpakai malah membuat kami jadi susah untuk memonitornya langsung dengan mata kami. Hmm, akhirnya kami pun memutuskan untuk menunggu ular tersebut keluar dari gudang dengan sendirinya.

Setelah sekitar 30 menit menunggu dengan mata yang tak henti tertuju ke arah sekitar gudang, kami pun bingung mengapa ular tak kunjung keluar dari gudang. Akhirnya aku pun meminta Iroh untuk mengambil spray pengharum ruangan untuk disemprotkan ke arah sekitar gudang, dengan harapan ular terganggu dengan aroma pengharum ruangan dan keluar dari gudang.

10 menit berlalu masih saja tidak ada tanda-tanda ular akan keluar dari gudang, huhuhuhu. Hmm, akhirnya aku pun berinisiatif untuk menggoda ular tersebut agar segera keluar dari gudang. Aku teringat dengan cerita pengalaman mamasku ketika menghadapi ular, menurutnya ular takut dengan manusia tetapi tidak segan menyerang ketika merasa dirinya terancam. Ular sangat sensitif dengan cahaya, suara dan gerakan, jadi harus tenang dan jangan membuat pergerakan tiba-tiba ketika sedang berhadapan dengan ular. Serta satu lagi, percaya tidak percaya sih, menurut mamasku ular sangat lemah dengan batang bambu.

Oke deh, aku pun teringat di asrama ada batang bambu yang biasa digunakan untuk bendera dan umbul-umbul, jadi aku pun meminta Iroh untuk mengambil batang bambu tersebut yang ada di halaman depan asrama.

Setelah peralatan siap sedia, kami pun dengan agak takut bergerak menuju gudang. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengeluarkan tumpukan kardus yang ada digudang. Dengan bantuan batang bambu, secara perlahan satu demi satu kardus kami keluarkan dari gudang. Kami menggunakan bantuan batang bambu karena kami tidak berani terlalu dekat, karena ular yang sedang kami cari tidak terlihat secara langsung oleh mata kami.

Tak terasa tumpukan kardus demi kardus telah kami keluarkan dari gudang, tetapi kok si ular belum terlihat juga. Nah, ketika kami sedang berusaha mengeluarkan dua kardus terakhir, ular pun memberi tahu tanda keberadaannya dengan desisannya. Memang belum terlihat secara langsung, tetapi desisan suaranya memberi tahu kami di mana posisinya berada.

Hmm, aku rasa inilah saat klimaks-nya. Dari jarak sekitar dua meter, kardus tersebut aku goyang-goyangkan dengan bambu, ular pun mendesis lebih keras. Dan kemudian dari balik kardus muncul lah kepalanya yang pipih dengan posisi tegak siap menyerang, serta suara desisannya pun terdengar tambah keras dan jelas. Langsung saja aku ayunkan batang bambu ke tubuh ular tersebut, di ayunan pertama berhasil membuatnya jatuh sesaat, kemudian bangkit lagi. Dan aku ayunkan lagi batang bambu ke arah tubuh ular tersebut. Yeah, ayunan kedua ternyata menjadi ayunan kematian bagi ular tersebut, huhuhuhu. Sebenarnya aku tidak berniat membunuh ular tersebut, ya tapi mau bagaimana lagi, lha wong posisinya sama-sama takut.

Kemudian aku bergegas ke arah ular yang telah mati tersebut, ternyata ayunan bambuku tadi telah berhasil merobek tubuhnya (malah terlihat hampir putus). Hmm, kalau aku perhatikan, ular tersebut terlihat agak lebih kecil atau mengempis dibandingkan saat ia masih hidup beberapa saat yang lalu. Oke deh, karena ular tersebut telah mati, aku pun selanjutnya menguburkannya di tanah kosong di samping asrama. Dan tugas kami selanjutnya adalah merapihkan kembali tumpukan kardus di gudang. Hmm, ada-ada saja pengalaman hari ini. ^,^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar