25 Desember 2016

Pengalaman Memanfaatkan Fasilitas BPJS Kesehatan

Kartu BPJS Kesehatan dan KIS
Kartu BPJS Kesehatan dan KIS

Apa yang pertama kali terlintas di benak anda ketika mendengar tentang 'BPJS Kesehatan'? Berobat? Dokter? Klinik kesehatan? Rumah Sakit? Gratis? Antri? Ribet? Pelayanan kurang memuaskan? Atau ada yang lainnya? Yup, BPJS Kesehatan adalah kependekan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Badan Usaha Milik Negara yang bertugas menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan seluruh warga negara Indonesia. Kalau dulu namanya Askes (Asuransi Kesehatan).

Pada kesempatan kali ini aku akan menceritakan pengalamanku tentang melakukan pemeliharaan kesehatan atau berobat dengan memanfaatkan fasilitas BPJS Kesehatan dengan kasus pelayanan di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjut, atau dengan kata lain 'pasien rujukan'. Sebagai informasi, dalam alur prosedur pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan status pasien rujukan baru bisa diperoleh apabila petugas atau dokter pada faskes tingkat pertama tidak mampu atau tidak sanggup menangani keluhan yang dialami oleh pasien, sehingga dibuatlah surat rujukan atau rekomendasi agar pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih lanjut dan khusus pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut, dalam hal ini faskes yang dimaksud adalah rumah sakit umum.

Pada kasusku kali ini sebetulnya (dalam pikiranku pada awalnya) keluhannya simple sih, aku cuma ingin cabut gigi, hehehehe. Tapi kenapa jadi agak ribet sehingga mesti dilakukan proses rujukan? Hmm, ceritanya setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter gigi di faskes tingkat pertama, kondisi gigi gerahamku yang ingin dicabut menurut dokter giginya hanya tersisa sedikit dan susah untuk dicabut sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut. Dan juga karena peralatan yang tersedia di klinik dokter gigi tersebut kurang lengkap sehingga ia takut untuk melakukannya.

Yup, jadinya gagal deh cabut gigi pada hari itu, huhuhuhu. Kemudian si dokter gigi tersebut memberikan surat rujukan kepadaku untuk penanganan lebih lanjut. Nah, di sini aku diberi pilihan untuk memilih rumah sakit mana yang akan aku tuju. Hmm, setelah meminta saran dan rekomendasi dari dokter gigi tersebut, akhirnya aku putuskan untuk ke salah satu rumah sakit yang akan dituju.

Oh iya, masa berlaku surat rujukan adalah selama bulan yang tertera di surat rujukan tersebut. Misalnya pada surat rujukan tertanggal 12 Desember 2016 maka surat rujukan berlaku sampai dengan 31 Desember 2016. Hmm, jadi alangkah baiknya apabila kita berobat di awal bulan, jadinya surat rujukan berlaku lebih lama dan juga kita bisa menyesuaikan dengan jadwal kita dan jadwal dokter yang bersangkutan, karena biasanya kalau statusnya pekerja sepertiku sering terbentur jadwal.

Oke deh, surat rujukan sudah di tangan, langkah selanjutnya adalah melihat jadwal praktek dokter gigi di rumah sakit yang dituju. Hmm, karena pada hari itu kegiatanku agak senggang, aku lanjutkan perjalananku ke rumah sakit untuk melihat jadwal praktek dokter gigi.

Skip, sampai di rumah sakit, aku langsung menuju ke bagian informasi untuk bertanya perihal jadwal dokter gigi dan persyaratan untuk kasusku, yaitu rujukan ke poliklinik gigi untuk pasien BPJS Kesehatan. Informasi yang aku dapat adalah jadwal praktek poliklinik gigi di rumah sakit tersebut pada pukul 10.00 - 13.00 WIB, dan untuk persyaratan adalah KTP, Kartu Peserta BPJS Kesehatan dan surat rujukan, di mana semua berkas di-fotocopy sebanyak dua rangkap. Yup, karena informasi sudah aku dapatkan, aku pun bergegas pulang menuju asrama.

Hmm, hari pencabutan gigi pun tiba, huhuhuhu. Aku berangkat dari asrama sekitar pukul 08.30 WIB dan sekitar pukul 09.00 WIB aku pun tiba di rumah sakit. Langsung saja aku ke bagian pendaftaran dengan sejumlah berkas seperti yang sudah aku tuliskan di paragraf sebelumnya. Dan aku mendapat nomor antrian 11. Karena pelayanan poliklinik gigi dimulai pada pukul 10.00 WIB jadi menunggu dulu deh bersama dengan pasien lainnya di ruang tunggu yang berada tepat di depan ruang poliklinik gigi.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya sekitar pukul 11.30 WIB aku pun dipanggil masuk ke ruang poliklinik. Langsung saja aku disuruh oleh perawat yang bertugas untuk duduk di kursi eksekusi, huhuhuhu. Kemudian aku disuruh untuk berkumur dengan air yang sudah disiapkan, lalu kembali duduk sambil agak berbaring karena menyesuaikan dengan kursinya, kemudian perawat mulai bekerja dengan alat tensimeter-nya untuk mengukur tekanan darahku. Setelah itu si perawat mencatat sejumlah data pada beberapa lembaran formulir dan kemudian memberikannya kepada dokter gigi.

Tak lama kemudian, si dokter gigi pun menuju ke arahku dan berkata, "Hmm, gigi yang akan dicabut sedang tidak sakit kan, Mbak?" Aku pun langsung menjawab, "Tidak, Dok." Kemudian si Ibu Dokter berkata lagi, "Oke, coba dibuka mulutnya." Lalu ia pun menyorotkan senter ke arah rongga mulutku, kemudian mengetok gigiku yang akan dicabut dengan sejenis alat seperti tangkai sendok.

Kemudian si Ibu Dokter mengarahkan alat suntik ke rongga mulutku, huhuhuhu. Yup, aku pun disuntik penghilang rasa sakit, huahuahuahua. Hmm, seingatku sih aku disuntik sebanyak 3 kali di 3 titik pada gusiku di sekitar gigi yang akan dicabut. Tak lama kemudian si Ibu Dokter pun mulai memainkan alat kerjanya yang berbentuk seperti tang jepit dan sendok, dan mulai mengorek-ngorek gigiku, huhuhuhu. Rasanya bagaimana coba? Hmm, agak geli-geli gimana gitu deh, hehehehe.

Setelah itu si Ibu Dokter pun berkata, "Iya, beres, kapasnya langsung digigit yah." Dan aku pun langsung menggigit kapas seperti yang diperintahkan, lalu beranjak dari kursi eksekusi. Kemudian oleh si Ibu Dokter tersebut aku diberi kapas seperti yang sedang aku gigit sebanyak 4 buah, lalu ia berkata, "Setiap setengah jam kapasnya diganti ya." Aku pun menjawab, "Iya, Dok." Kemudian si Ibu Dokter mengarahkanku ke loket farmasi untuk ambil obat. Oke deh, aku pun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dokter dan Mbak Perawat di ruang poliklinik gigi tersebut, lalu bergegas menuju loket farmasi.

Di loket farmasi aku mengantri agak lama karena semua pasien ambil obatnya ya di loket ini. Hmm, sekitar 30 menit menunggu, akhirnya namaku pun dipanggil oleh petugas, lalu obat pun aku terima. Setelah itu, aku pun langsung menuju tempat parkir dan mulai meninggalkan rumah sakit tersebut untuk menuju pulang ke asrama karena rangkaian acara cabut gigi sudah selesai dan sukses, hehehehe. Oh iya, biaya yang aku keluarkan selama proses cabut gigi ini hanya biaya fotocopy, biaya bensin dan biaya parkir, selebihnya tidak ada biaya apapun. ^,^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar