11 September 2015

Teori Belajar Dan Pembelajaran (2.3)

Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

C. Jenis Belajar Menurut Bloom

Benyamin S. Bloom adalah salah seorang ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga domain belajar, yaitu:

1. Kawasan Kognitif (Cognitive Domain)
Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Termasuk dalam kawasan kognitif adalah menyebutkan definisi manajemen, membedakan fungsi meja dan kursi, menggambarkan kegiatan proyek dengan diagram PERT, menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus, menyusun desain instruksional, dan lain-lain. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara lain adalah:
  • Pengetahuan, yaitu tentang suatu materi yang telah dipelajari.
  • Pemahaman, yaitu memahami makna materi.
  • Aplikasi atau penerapan, yaitu penggunaan materi atau aturan teoritis yang prinsip. 
  • Analisa, yaitu sebuah proses analisis teoritis dengan menggunakan kemampuan akal.
  • Sintesa, yaitu kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan konsep baru.
  • Evaluasi, yaitu kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi pengetahuan.

Dalam revisi taksonomi, Anderson dan Krathwohl (2001) melakukan revisi pada kawasan kognitif. Menurut mereka terdapat dua kategori, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif ada enam jenjang tujuan belajar, yaitu:
  1. Mengingat, yaitu meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan.
  2. Mengerti, yaitu mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan, maupun grafis.
  3. Memakai, yaitu menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan masalah.
  4. Menganalisis, yaitu memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.
  5. Menilai, yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
  6. Mencipta, yaitu membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.

Selanjutnya pada dimensi pengetahuan hanya ada empat kategori, yaitu:
  1. Fakta (Factual Knowledge), berisi unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan diperkenalkan dengan satu mata pelajaran tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (low level abstraction).
  2. Konsep (Conceptual Knowledge), meliputi skema, model mental atau teori dalam berbagai model psikologi kognitif.
  3. Prosedur (Procedural Knowledge), pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau langkah-langkah yang harus diikuti.
  4. Metakognitif (Metacognitive Knowledge), pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang.

Jika hal tersebut digambarkan dalam bentuk matriks, maka taksonomi Benyamin S. Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) adalah sebagai berikut:

Dimensi Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif
mengingat memahami memakai menganalisa menilai menciptakan
Faktual
Konseptual
1
Prosedural
2
Metakognitif
3

Contoh:
  1. Mampu merumuskan kerangka berpikir sesuai landasan teoritik yang dikaji.
  2. Mampu menjelaskan cara untuk mengumpulkan data.
  3. Mampu menyusun proposal penelitian yang memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan di lingkungan kerjanya.

2. Kawasan Afektif (Affective Domain)
Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu. Beberapa contoh berikut ini termasuk kawasan afektif:
  • Menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
  • Meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan.
  • Pergi ke mesjid atau gereja atau tempat ibadah sebagai perilaku orang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia kawasan afektif ini meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri.

Kawasan afektif ini dibagi menjadi lima jenjang tujuan, yaitu:
  1. Penerimaan (receiving), meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan.
  2. Pemberian Respons (responding), meliputi sikap ingin merespons terhadap sistem, puas dalam memberi respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya.
  3. Pemberian Nilai atau Penghargaan (valuing), penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap jujur dan ia juga berperilaku jujur.
  4. Pengorganisasian (organization), meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain.
  5. Karakterisasi (characterization), karakteristik meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikan, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang sehingga dia dikenal sebagai pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial, dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana.

3. Kawasan Psikomotor (Psychomotor Domain)
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Kawasan (domain) ini berbentuk gerakan tubuh antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dan lain-lain. Dave (1970) mengemukakan bahwa ada lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor dan kelima jenjang tujuan belajar tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Meniru: Kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons.
  2. Menerapkan: Kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan, dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
  3. Memantapkan: Kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal.
  4. Merangkai: Koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat.
  5. Naturalisasi: Gerakan yang dilakukan secara rutin dengan mengeluarkan energi fisik dan psikis yang minimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar